Bahaya Mengikuti FOMO dalam Berinvestasi
1 min read


Pernah dengar teman pamer untung besar dari kripto atau saham, lalu merasa harus ikutan? Itu namanya FOMO (fear of missing out), perasaan takut ketinggalan peluang. Meski terlihat wajar, mengikuti FOMO saat berinvestasi bisa membawa bencana untuk keuangan Anda. Mengapa? Yuk, kita bahas.
Pertama, FOMO membuat Anda terburu-buru. Ketika harga Bitcoin melonjak atau saham tertentu viral di media sosial, FOMO mendorong Anda membeli tanpa pikir panjang. Padahal, harga yang sedang naik sering sudah terlalu tinggi, dan risikonya besar untuk anjlok. Banyak yang akhirnya rugi karena membeli di puncak harga, hanya karena takut ketinggalan. Buku I Spend, U Spend menjelaskan bahwa behavioral bias seperti FOMO mengaburkan logika, membuat kita lupa riset dan strategi.
Kedua, FOMO mengabaikan kondisi keuangan pribadi. Misalnya, keluarga muda yang belum punya dana darurat ikut-ikutan investasi kripto karena takut ketinggalan tren. Uang untuk kebutuhan sehari-hari atau bayar utang malah dipakai untuk sesuatu yang sangat berisiko. Akibatnya, saat pasar jatuh, bukan cuma rugi, tapi juga stres dan konflik dengan pasangan. Investasi harusnya berdasarkan rencana, bukan emosi sesaat.
Ketiga, FOMO sering dipicu media sosial. Postingan tentang keuntungan besar atau gaya hidup mewah membuat kita merasa harus ikut agar tidak kalah. Padahal, apa yang terlihat di media sosial sering tidak lengkap—cerita rugi jarang dibagikan. Mengikuti FOMO sama saja berjudi, bukan berinvestasi.
Lalu, apa solusinya? Pertama, kenali tujuan keuangan Anda. Apakah untuk dana pendidikan anak, pensiun, atau beli rumah? Kedua, pelajari instrumen investasi sebelum masuk, bukan karena tren. Ketiga, konsultasikan dengan pasangan untuk menyatukan visi, seperti diajarkan I Spend, U Spend. Mulailah dengan investasi rendah risiko, seperti reksa dana, sambil membangun dana darurat. Jangan biarkan FOMO merampok masa depan keuangan Anda. Investasi cerdas butuh sabar dan logika, bukan panik ikut-ikutan.